Review Buku Tere Liye, Ayahku [Bukan] Pembohong

 



Ah, kalian tahulah siapa Tere Liye ini. Nama aslinya Darwis, sudah menerbitkan kurang lebih 50 buku novel dan kumpulan cerpen. Nah, kali ini, saya akan me-review buku novel karyanya yang berjudul "Ayahku [Bukan] Pembohong". Terbit tanggal 20 April 2016, Penerbit PT SabakGrip. Jumlah halaman ada 306 halaman. Bagaimana ya, ceritanya? Yuk, kita langsung review!

***

Sinopsis

Kapan terakhir kali kita memeluk ayah kita? Menatap wajahnya, lantas bilang kita sungguh sayang padanya? Kapan terakhir kali kita bercakap ringan, tertawa gelak, bercengkerama, lantas menyentuh lembut tangannya, bilang kita sungguh bangga padanya?

Inilah kisah tentang seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan hidup. Kesederhanaan yang justru membuat ia membenci ayahnya sendiri. Inilah kisah tentang hakikat kebahagiaan sejati. Jika kalian tidak menemukan rumus itu di novel ini, tidak ada lagi cara terbaik untuk menjelaskannya.

Mulailah membaca novel ini dengan hati lapang, dan saat tiba di halaman terakhir, berlarilah secepat mungkin menemui ayah kita, sebelum semuanya terlambat, dan kita tidak pernah sempat mengatakannya.

***

Namanya Dam, tokoh utama di buku tersebut. Ketika masih usia SMP, ia suka sekali menonton siaran langsung pertandingan bola. Sang Kapten adalah idolanya. Dam anak berambut ikal yang pendek. Suka sekali dipanggil Keriting Pengecut oleh Jarjit, teman sekolahnya.

    Di usia delapan-sembilan tahun, Dam juga sangat menyukai kegiatan mendengarkan cerita dari Ayah yang suka bercerita banyak hal. Mulai dari Suku Penguasa Angin, Apel Emas Lembah Bukhara, sampai cerita pertemanan Ayah dengan Sang Kapten.

    Mula-mula, Dam amat memercayai setiap suku kata yang keluar dari lisan Ayah. Sampai usia SMP, dia masih senang mendengarkan cerita-cerita apapun yang keluar dari mulut Ayah. Pada usia tersebut, Jarjit temannya di sekolah, yang mengejek Keriting Pengecut, selalu membuat masalah untuk Dam. Hingga Ayah mengingatkan pada Dam, tentang Suku Penguasa Angin yang selalu siap menyambut kekalahan.

    Dam tidak pernah merasa bisa untuk menerima kekalahan setiap diejek Jarjit. Dam selalu balas mengejek, bertengkar, sampai adu fisik. Apalagi, ejekan Jarjit menambah dari hari ke hari karena Dam ikut seleksi Klub Renang. Menurut Jarjit, Dam ini tidak akan bisa lolos. Sudah pendek, keriting, pengecut pula. Begitu menurut Jarjit.

    Akan tetapi, Dam tidak patah semangat karena malamnya sebelum mulai seleksi, Ayah bercerita tentang Sang Kapten yang ternyata teman Ayah. Saat Sang Kapten kecil, Ayah tinggal di negaranya, tinggal di flat dekat rumah Sang Kapten. Ayah bercerita bahwa Sang Kapten kecil tidak pernah putus asa. Sang Kapten berkali-kali ditolak klub bola karena tinggi badannya tidak maksimal. Ayah pun membantu Sang Kapten hingga berhasil diterima.

    Saat seleksi, Dam kelelahan karena semalam begadang menonton siaran langsung Sang Kapten. Ia pun tenggelam dan terpaksa tidak diterima di klub.

    Ternyata, pelatih klub renang itu adalah ayah Taani, teman perempuan satu-satunya di sekolah. Taani membujuk ayahnya agar Dam diberi kesempatan kedua. Taani yakin bahwa Dam bisa melakukan  yang terbaik, kemarin hanya kelelahan gara-gara lihat pertandingan bola.

    Pelatih-pun setuju dan Dam diberi kesempatan. Dam melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, lawannya adalah Jarjit. Hampir sampai finis, celana Dam putus sehingga ia bertelanjang bulat di kolam. Meski begitu, dia tetap diterima sebagai anggota klub.

    Suatu saat, ada kabar bahwa klub sepakbola Sang Kapten akan tur ke kota Dam. Dam girang sekali. Hanya satu teman baiknya yang tahu rahasia Ayah dan dirinya tentang Sang Kapten, yaitu Taani yang ternyata tak sengaja membuat semua orang tahu gara-gara buku hariannya tertinggal dan diintip teman-teman. Dam sangat marah pada Taani, dia tidak pernah menyapanya lagi.

    Dam mulai curiga dengan cerita Ayah saat ada tur klub sepakbola Sang Kapten ke kotanya itu. Saat itu, Ayah membeli tiket VIP untuk menonton. Dam sudah membujuk Ayah agar bisa berfoto dengan Sang Kapten, tapi Ayah malah menariknya pulang saat Sang Kapten tinggal lima langkah lagi dari bangku mereka. Dam bertanya pada Ibu apakah cerita Ayah bohong. Ibu tidak bisa jawab.

    Singkat cerita, Dam lulus SMP dan lanjut ke sebuah akademi antah-berantah. Tak ada yang tahu nama akademi itu dan di mana. Namanya adalah Akademi Gajah. Kata Ayah, akademi itu terbaik.

    Dam tahu sebuah fakta. Ibunya sakit-sakitan, sehat satu-dua bulan, jatuh sakit dua-tiga minggu. Dam tidak mau meninggalkan Ibunya saat bersekolah di Akademi Gajah. Tapi Ayah meyakinkan bahwa kesehatan Ibu semakin baik.

    Dam akhirnya pergi ke akademi itu dan punya teman bernama Retro. Di sana, Dam selalu membuat masalah dengan melanggar peraturan. Jadilah Dam dihukum membersihkan perpustakaan bersama Retro. 

    Dam tambah curiga saat ia bekerja di perpus. Di sana terletak rak kecil berisi buku, tersembunyi. Retro yang menemukannya, dia membaca buku-buku tersebut. Dam sibuk menggambar sketsa perpustakaan, hobinya. Saat Dam melihat buku yang dipegang Retro, Dam tersentak bukan main.

    Buku yang dipegang itu adalah buku Apel Emas Lembah Bukhara, seperti cerita Ayahnya. Kelu lidahnya saat tahu judul buku yang dipegang Retro. Esoknya, malah ada buku tentang Suku Penguasa Angin. Dam semakin curiga dan membawa dua buku itu pulang untuk diklarifikasi pada Ayah. Tidak tahunya malah mengundang masalah baru, penjaga perpustakaan tahu dua bukunya hilang.

    Tepat Dam pulang dari akademi, Ibu ulang tahun dan membuat perayaan kecil-kecilan. Saat itu, Dam bertanya spontan soal dua buku itu. Sontak Ayah marah dan tidak menyapanya lagi sampai Dam berangkat ke akademi.

    Singkat cerita, Dam lulus dari akademi setelah Ibunya meninggal karena penyakit yang dideritanya. Dia lanjut ke universitas menjadi seorang arsitek dan menikah dengan Taani, yang ketemu saat Dam makan di kampus Taani.

    Taani menjadi seorang florist. Mereka punya anak bernama Zas dan Qon. Dam dan Taani bertengkar hebat saat Taani menyatakan idenya untuk mengajak Ayah tinggal di rumah mereka. Dam tidak setuju. Dia menganggap semua cerita Ayah bohong. Dam tidak mau Zas dan Qon di racuni cerita-cerita bohong Ayah.

    Tapi Taani berhasil membujuk Ayah, Ayahpun tinggal di rumah mereka dan selalu bercerita pada Zas Qon. Membuat Dam marah dan mengusir Ayahnya.

    Bagaimana Dam tega melakukan hal itu? Dan apakah prasangka buruknya soal cerita-cerita Ayah itu benar? Mau tahu lanjutannya, langsung saja baca di buku "Ayahku [Bukan] Pembohong" ini. Beli bukunya di Shopee atau Tokopedia Official Store Tere Liye. Atau pinjam ke teman/perpustakaan. Jangan baca buku bajakan, okay?!

    


Komentar