Buku ini amat bagus menurutku sampai diangkat ke layar lebar. Bang Tere memang selalu membuat buku yang bikin orang penasaran. Waktu aku belum baca buku ini, penasarannya minta ampun. Setiap ke toko buku, pasti yang dilihat buku ini. Alhamdulillah, terus bisa kesampaian beli di promo Bang Tere di Tere Liye Official Store-nya, muraah banget.
Ada yang pernah melihat filmnya? Aku pernah. Makanya, aku tulis di bio blog-ku ini menyukai film-film dari buku-buku Tere Liye. Seru sih, tetapi menurutku seruan bukunya, hehe.
Mari kita langsung review aja!
***
Jika seseorang buta, tapi dia masih bisa mendengar, maka dunia tidak terputus darinya. Dia masih punya akses untuk belajar, juga berkomunikasi dengan orang lain, lewat telinganya.
Jika seseorang tuli, tapi dia masih bisa melihat, maka dunia juga tidak terputus darinya. Dia masih punya akses belajar, juga berkomunikasi, lewat matanya.
Lantas bagaimana jika ada seseorang yang ditakdirkan buta, sekaligus tuli--pun juga bisu. Bagaimana dia akan mengenal dunia? Bagaimana dia akan tahu huruf, mengenal kata, belajar banyak hal. Bahkan bagaimana dia mengenal Ibunya sendiri?
Kisah ini tentang seorang anak perempuan yang menaklukkan semua kekurangan tersebut. Diangkat dari salah-satu kisah nyata yang mengharukan. Ditulis-kembali dari film-film terbaik sepanjang masa.
***
Judul: Moga Bunda Disayang AllahPenulis: Tere Liye
Penerbit: PT Sabak Grip Nusantara
Cover Oleh: Indra Bayu
Jumlah Halaman:297 hlm
Ukuran: 20,5 cm
***
Jadi tuh, ini cerita yang agak 'rumit'. Kenapa? Soalnya kita harus mengikuti sudut pandang yang berbeda-beda. Misal, sekarang kita lagi baca saat di rumah si anak yang buta-tuli, terus di bab selanjutnya, di rumah sang guru yang mengajari. Jadi harus ekstra otak agar bisa memahami lebih dalam lagi.
Ini buku bercerita tentang anak bernama Melati yang buta-tuli sejak usianya tiga tahun. Makan seperti binatang (menurut sang guru), berteriak-teriak seperti dengung lebah, dan meraba-raba seperti moncong tapir. Melati ini anak berambut ikal yang gempal.
Guru yang nanti di future (eh, maksudnya besok lusa) akan mengajari Melati dulunya mempunyai taman bacaan. Dia amat menyukai anak-anak, bukan karena mereka lucu, menggemaskan, tetapi karena dia percaya bahwa janji kebaikan selalu tergenggam di tangan anak-anak.
Nama calon guru Melati ini adalah Karang. Setelah kejadian menyakitkan, menyaksikan anak-anak kebanggaannya mati mengambang di lautan, Karang berubah menjadi seorang layak beruang. Mulailah masa-masa pahit itu. Karang jadi suka mabuk, menghilang dari kota tempat taman bacanya, dan jadi bersikap ketus, sinis, dan garang pada siapa saja.
Kebiasaan Karang adalah bangun tengah malam untuk mabuk, lantas tidur sampai tengah hari. Ibu yang mempunyai rumah singgah untuk Karang tidur, dipanggil Ibu-ibu gendut, menghela napas setiap melihat anak asuhnya seperti kelelawar yang tidur di siang hari.
Suatu saat, Bunda dari Melati, Nyonya HK, datang ke kediaman Karang, lalu meminta bantuan padanya. Bunda telah mengawalinya dengan mengirimkan beberapa surat, tetapi tak pernah ada tanggapan. Bagaimana mau ditanggapi? Malam-malam pergi, pagi tidur lagi. Kebiasaan Karang.
Bunda tidak menyangka, seseorang yang direkomendasikan dokter langganannya ternyata bersikap seperti itu. Kumis dan cambang berkeliaran, rambut gondrong tidak disisir, kemeja bau, dan kamar lembab. Duh, aku aja risih bacanya. Lebih-lebih, Karang amat sinis menanggapi perkataan Bunda, sehingga Bunda merasa terusir dari rumah itu. Bunda kembali pulang. Bunda kaget, karena di rumah Melati memecahkan dua jendela kaca, sama seperti yang dibilang Karang dalam kata-kata sinisnya.
Beberapa hari kemudian, Karang datang ke rumah mereka dan disambut hangat oleh Bunda. Sialnya, Karang malah bersikap tidak sopan. Tuan HK, ayah Melati, marah besar. Karang kemudian diusir dan besoknya malah tetap datang dengan alasan akan membantu Melati melihat dunia.
Tidak ada yang setuju kecuali Bunda. Bagaimana bisa dibilang mengajari jika Karang membanting duduk Melati, berseru-seru (padahal yang diteriaki tidak dapat mendengarnya), dan menghukum Melati tidak boleh makan sampai sakit demam.
Tuan HK dan Bunda sudah berembuk, menyepakati Karang boleh mengajari Melati dalam waktu seminggu. Tetapi, Karang malah membuat masalah tambah rumit. Eh, Salamah (si pembantu di rumah itu) ding, yang buat semua kacau. Salamah melaporkan ada 'sesuatu' yang mengerikan di kamar Karang, sehingga Karang diusir kembali. Waktu itu, Tuan HK harus pergi ke Frankfurt. Tuan HK mengancam, jika Bunda tidak mengusir Karang, Tuan HK tidak jadi berangkat.
Karang ingin tinggal di sana selama 21 hari sepanjang Tuan HK pergi. Tapi Bunda tidak setuju karena kesabaran Bunda telah habis. Melati tetap makan seperti binatang walaupun diajar sekeras apapun dengan Karang. Karang akhirnya pasrah, berjalan pergi. Tetapi saat itulah, Allah mengabulkan doa seisi rumah. Hal menakjubkan terjadi. Itu membuat Karang batal pergi dan Bunda memberi waktu selama 21 hari untuk Karang. Kemajuan yang berarti. Ya, bisa makan dengan sendok seperti kemauan Karang. Bukan lagi mengaduk-aduk makanan. Tetapi dengan sendok!
Bunda bahagia sekali. Akhirnya doanya terkabulkan, walaupun sebenarnya itu kemajuan yang amat kecil, dapat dikuasai anak usia tiga tahun untuk makan sendiri dengan sendok.
Karang mengajari lebih keras Melati tentang benda-benda. Melati sampai terinjak tembikar celengan yang ia lempar sendiri. Melati sakit lagi. Karena sakit itu, Kinasih, dokter langganan Bunda yang merekomendasikan Karang sebagai guru Melati, mengecek Melati dan ternyata Kinasih adalah teman Karang semasa Karang merintis mimpi-mimpi besarnya tentang taman bacaan.
Tak lama setelah Melati sakit, Karang mengajarinya duduk di kursi. Melatipun bisa duduk dengan baik setelah beberapa hari.
Waktu berjalan. Tuan HK tiba-tiba muncul dan mengagetkan seisi rumah. Karang apalagi, seorang yang paling dibenci Tuan HK ikut makan bersama Bunda, Melati, Salamah, Mang Jeje, dan semua pembantu di rumah itu. Maka marah besarlah Tuan HK sampai tidak menyadari bahwa Melati sudah hilang dari meja makan.
Panik kedua. Mereka berbondong-bondong mencari Melati. Karang yang pertama melihat Melati berdiri di taman dengan menjulurkan tangan. Di luar hujan. Bunda hendak memeluk Melati, tetapi Karang melarang. Di situlah keajaiban ketiga terjadi. Karang menemukan cara agar Melati dapat mengenal dunia. Telapak tangan Melati adalah aksesnya. Bersamaan dengan butir hujan dari luar, Karang menuliskan kata a-i-r d tangan Melati, lalu mendekatkan tangannya ke mulut Karang.
Melati akhirnya mengerti. Dia dapat tahu tiga hal sekarang, air, Ayah, Bunda. Hari itu rasanya bahagia sekali. Melati terus menggerung, bertanya-tanya pada Karang, apa itu, apa ini, semua benda ditanyakan dan dijawab Karang. Tuan HK batal marah.
Bagaimana nasib Melati setelah mengerti banyak benda di rumahnya? Apakah Karang akan melanjutkan hidupnya bersama Melati, atau Kinasih, kekasihnya dari saat merintis taman bacaan yang membuatnya selalu memerah wajah? Temukan jawabannya di buku seru ini, dan jangan lupa pula untuk menonton filmnya di Disney+Hotstar dan berbagai tempat menonton film online lainnya!
***
Kelebihan:
Aku suka banget sama buku ini. Ceritanya mengalir dengan dahsyat, dan yang paling aku suka, ini semua diambil dari kisah nyata! Seorang yang berpendidikan tetapi buta dan tuli, yaitu Helen Adams Keller. Dari dialah Tere Liye terinspirasi membuat cerita tentang Melati ini. Buku ini juga membuat kita lebih besyukur atas nikmat melihat, mendengar, dan bicara.
Kekurangan:
Maaf ya, TIDAK ADA KEKURANGAN DALAM BUKU INI MENURUTKU. Bener-bener emejing (amazing) membaca ceritanya, jadi tidak ada alur atau cerita yang akan kukritik.
Kesimpulan:
KALIAN WAJIB BACA BUKU MOGA BUNDA DI SAYANG ALLAH JIKA KALIAN INGIN LEBIH BERSYUKUR TERHADAP PANCAINDRA YANG SUDAH DIBERIKAN ALLAH SWT.
Komentar
Posting Komentar