Review Buku A.Fuadi, "NEGERI 5 MENARA"

 HALO TEMAN-TEMAN!!! Yes, kali ini aku akan mereview buku Ahmad Fuadi. Setelah kemarin Tere Liye, sekarang kita review buku trilogi best seller dari A. Fuadi, yuk! Buku trilogi ini dibuka dengan Buku Negeri Lima Menara, dilanjut Ranah 3 Warna, dan ditutup Rantau 1 Muara.

    Baiklah, tanpa berlama-lama lagi, let's go review buku pertama sekaligus pembuka dari trilogi karya Ahmad Fuadi ini, mari kita sambut, NEGERI 5 MENARA!!!

***

Seumur hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, main bola di sawah dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba dia harus melihtasi punggung Sumatera menuju sebuah desadi pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin sekali dia mnejadi Buya Hamka walaupun Alif ingin mnejadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah ibunya" belajar di pondok.

    Di hari pertama di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid, mereka menunggu Magrib sambil menatap awan lembayung yang berarak ke ufuk. Awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Ke mana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh-Maha Mendengar.

Negeri 5 Mendra adalah buku pertama dari sebuah trilogi. Ditulis oleh Ahmad Fuadi, mantan wartawan TEMPO & VOA, penerima 8 beasiswa luar negeri, penyuka fotografi, dan terakhir menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi. Alumni Pondok Modern Gontor, HI Unpad, George Washington University, dan Royal Holloway, University of London ini meniatkan sebagian royalti trilogi ini untuk membangun Komunitas Menara, sebuah lembaga sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu dengan basis sukarelawan.
***

Judul: Negeri 5 Menara

Penulis: A. Fuadi

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Cover oleh: Hans Nio

Jumlah Halaman: 443 hlmn






***

Kisah perjalanan hidup Alif Fikri yang lahir dan besar di tepi Danau Maninjau ini baru saja dimulai. Seorang anak yang beranjak remaja bercita-cita seperti Habibie, kuliah di Bandung lantas melanjutkan ke Amerika. Alif ingin sekolah di SMA normal dan formal, bukannya seperti yang disuruh Amak; Madrasah, Pondok, dan berbagai sekolah agama lainnya.

Yang membuat Alif tambah sebal adalah, temannya Randai, berhasil sekolah di SMA yang mereka berdua iming-imingkan sejak kecil. Alif hanya bisa membaca betapa serunya sekolah di sana dari surat yang dikirimkan Randai. Randai dan Alif adalah teman, tetapi disaat bersamaan, mereka menjadi lawan. Randai selalu senang memancing emosi Alif.

Alif tidak mau sekolah lagi di madrasah. Saatnya menempuh pendidikan akademi formal. Tetapi Amak memaksa. Amak ingin Alif menjadi seorang seperti Buya Hamka yang sekampung dengan mereka. Alif tidak mau, ngotot. Sampai akhirnya datang surat dari pamannya, Pak Etek Gindo. Beliau menceritakan sebuah pondok yang berada di pulau Jawa bernama Pondok Madani. Beliau juga menawarkan agar Alif sekolah di situ saja. Setelah Alif pikir-pikir, mending begini, sekolah di luar pulau, walaupun ujung-ujungnya tetap pondok juga. Alif pun mengiyakan tawaran Pak Etek-nya itu.

Alif berangkat ke Pondok Madani naik bus. Sampai di sana, dia harus mengikuti tes-tes keagamaan. Alif tidak merasa sulit sebab dari SD dia sudah diajarkan. Teman-temannya pun seru-seru, ada Raja, Said, Dulmajid, Atang, dan Baso. Mereka teman sekamar Alif.

Alif tidak tahu kalau di PM akan begitu menyenangkan. Mereka dihukum jewer berantai, tidak dapat makanan, dipanggil oleh Tyson (julukan seorang pengawas), dan lain-lain.

Di pondok itu, hanya ada santri laki-laki full. Suatu hari, salah satu Ustadz mereka membawa anak perempuannya ke mes tempat ustadz-ustadz tinggal, dekat asrama. Alif dan teman-temannya terkesima melihat anak perempuan tersebut. Mereka berlomba berfoto dengan sang anak perempuan.

Nama anak perempuan itu Sarah. Awalnya, Alif menyukai Sarah. Namun, tak lama berselang, mereka sekeluarga pindah dan Alif, Raja, Dulmajid, Baso, Atang, dan Said mulai harus melupakan Sarah, anak gadis cantik tersebut.

Sampai suatu saat, Baso meninggalkan PM karena Neneknya sakit. Tetapi Baso tetap ingin menjadi hafidz yang hafal 30 juz. Mereka berpisah dengan sedih. Walaupun sedih, Baso tetap berjanji akan selalu menghubungi mereka dan menghaafal Al-Quran seperti yang dilakukan di PM. Karena mantra di PM adalah man jadda wa jadda, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses, seluruh santri berusaha mengaplikasikan mantra tersebut dalam kehidupan sehari-hari, seperti Baso.

Setelah lulus PM, Alif tidak tahu hendak melanjutkan ke mana karena dia tidak punya ijazah formal. Akhirnya ia mengikuti tes persamaan SMA untuk kuliah. Nah, kira-kira bagaimana kisah lanjutan Alif, ya? Apakah dia berhasil ke Bandung, seperti yang ia mimpikan? Atau malah ke Amerika? Temukan saja jawabannya di buku ini!

 ***
Kelebihan:
Seru banget, menggambarkan dunia anak pondok dengan baik. Awal-awal, aku masih susah membayangkan Alif. Ntar di buku selanjutnya akan kebayang bagaimana sosok Alif ini, karena pribadi Alif di buku ini masih gonta-ganti disebabkan usia yang bertambah. Nanti kalau sudah matang baru terlihat.

Kekurangan:
Menurutku buku ini kurang percakapannya saja sih, dialognya agar tidak telalu berat dan tokoh-tokohnya kebanyakan.

Kesimpulan:
Kamu mau jadi anak pondok yang berhasil seperti Alif, walaupun menghadapi berbagai cobaan? Baca saja buku ini dan dapatkan tips-tips menarik dari Alif cara mencapai mimpi dengan bekerja keras!

Komentar