Review Kau, Aku, dan Sepucuk Amplop Merah Tere Liye

Kita jenak sebentar bahasan review tentang aksi Tere Liye. Berhubung aku menunggu lanjutan dari seri Tere Liye, aku baca-baca dulu deh buku yang lain, dan sekarang aku mau membagi sedikit spoiler dan alur di buku ini. Oke?

Mulai saja ya?
Siap!
***

Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Akan ada setidaknya 5 kali dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, harap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaan.

Apakah Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ini sama spesialnya dengan miliaran cerita cinta lain? Sama istimewanya dengan kisah cinta kita? Ah, kita tidak memerlukan sinopsis untuk memulai membaca cerita ini. Juga tidak memerlukan komentar dari orang-orang terkenal. Cukup dari teman, kerabat, tetangga sebelah rumah. Nah, setelah tiba di halaman terakhir, sampaikan, sampaikan ke mana-mana seberapa spesial kisah cinta ini. Ceritakan kepada mereka.

***

 Judul: Kau, Aku, dan Sepucuk Amplop Merah

 Penulis: Tere Liye

 Penerbit: PT Sabak Grip Nusantara

 Cover oleh: Orkha Creative

 Jumlah Halaman: 510 hlm

 Ukuran: 20 cm







***

Kisah ini bergenre romantis. Bagi kalian yang suka menonton drama korea gombal, pasti seneng banget baca buku ini. Kisah cinta yang lumayan berbeda dengan yang lain. Biasanya, jika cinta, sampaikan, mengalirlah kencan-kencan, menikah, selesai. Entah habis itu ada prahara rumah tangga atau tidak, urusan masing-masing. Sekarang kita urus kisah cinta yang lumayan aneh dan rumit bagiku.

Jadi begini. Kisah ini dimulai dengan tokoh utama bernama Borno. Borno ini sebetulnya bernama Borneo, tetapi orang-orang sulit menyebut Borneo, jadilah Borno saja. Borno ini tinggal di tepi Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan. Dia anak yang lulus SMA di kampungnya. Bapak Borno sudah meninggal karena mendonorkan jantungnya. Kisah pilunya bisa kalian baca sendiri di buku ini.

Borno baru selesai SMA, waktunya melamar kerja. Setelah melamar ke sana kemari, akhirnya Borno memutuskan menjadi supir sepit atau perahu yang diambil dari kata speed. Perahu untuk menyebrang Sungai Kapuas ini, Borno pinjam dulu ke Pak Tua, salah satu supir sepit juga di dermaga tersebut.

Borno belum mempunyai sepit sendiri. Dia gantian dengan Pak Tua untuk memakainya, mengangkut penumpang. Sampai suatu ketika, ada sebuah gadis cantik duduk di barisan depan sepitnya. Saat sepit sudah merapat, orang-orang sudah melangkah turun setelah menaruh uang di bangku masing-masing, Borno mengambil satu persatu uang di sana. Saat mengambil uang dari bangku gadis tadi, ia melihat sebuah amplop merah.

Ia mengira gadis tadi ketinggalan barang. Sayangnya, gadis tersebut sudah hilang dari pandangan mata. Akhirnya amplop merah tersebut ia simpan dan diceritakan pada Andi, temannya yang punya bengkel.

Berkali-kali sejak kejadian amplop tertinggal, gadis itu selalu naik sepit miliknya (sudah diganti, kalian cari tahu sendirilah kenapa diganti, bukan punya Pak Tua lagi, namanya Borneo, persis seperti nama asli Borno), setelah membagikan amplop merah perayaan Gong Xi Fa Choi.

Lama kelamaan, Borno penasaran dengan gadis itu. Dia merasakan perasaan mekar di tubuhnya, Borno berbunga-bunga saat bercerita pada Andi setiap gadis itu menyapa di sepit. Sejak hari sang gadis membagikan amplop, Borno berusaha mengantarkan gadis itu terus, dibarisan ketiga belas, jam tujuh.

Lambat laun, Borno tahu apa pekerjaannya. Sang gadis adalah seorang guru yang magang di salah satu sekolah yayasan. Walaupun begitu, Borno tetap tidak tahu siapa namanya.

Akhirnya, Borno mempunyai rencana nekat. Dia akan berani mengobrol dengan gadis itu, karena Pak Tua dan Andi selalu mengejek, masa suka tak tahu nama? Borno kembali menunggu gadis itu, dan saat ia mengantar ke seberang, Borno memberanikan mengobrol tentang nama-nama orang yang diambil dari nama bulan. Saat akan turun, akhirnya sang gadis memberi tau namanya. Tampaknya, ia tersinggung karena Borno bergurau tentang nama orang yang diambil dari nama bulan, karena ternyata, gadis yang disukainya bernama Mei, bulan Mei.

Borno merasa kecewa karena Mei tampaknya marah. Tetapi tidak, minggu depannya Mei kembali riang, naik sepit milik Borno kembali. Sampai akhirnya, saat akan mengantar Mei pulang, Borno bertemu Papa Mei, dan beliau tidak memperbolehkan Borno bertemu Mei kembali.

Borno merasa takut, bingung, sedih, dan marah. Entah kenapa Papanya bilang begitu. Sejak saat itu, Mei tidak pernah lagi naik sepit Borno sampai-sampai Borno memutuskan menjual sepit.

Saat Borno mengunjungi Pak Tua, ternyata Mei di sana dan kebetulan mereka bertemu. Lalu Mei berkata ia akan pergi, pulang ke Surabaya. Borno sampai kelelahan mengejarnya. Borno nekat menuju Surabaya, untungnya kebetulan karena Pak Tua akan terapi di sana.

Mei pergi ke Pontianak. Borno dan Mei kembali bertemu, tetapi tatapan Mei berkaca-kaca dan dingin. Setelah itu, Mei kembali ke Surabaya setelah liburan ke Pontianak. Satu tahun, Mei tidak kembali. Borno resah. Saat menatap dermaga, Bibi, pembantu Mei, datang dan menangis, bilang Mei sakit parah sejak enam bulan lalu.

Apa yang dilakukan Borno atas kabar tersebut? Apakah Mei meninggal seperti ibunya? Bagaimana nasib hati Borno? Temukan jawabannya dalam buku ini!


***
Kelebihan:
Banyak banget sih. Pertama, covernya bikin penasaran. Kedua, ceritanya tidak membingungkan. Ketiga, saat aksi romantis, romantisnya dapet banget. Keempat, menurutku Borno sama Mei cocok karena sejatinya mereka sudah kenal dari kecil, saat Mei 12 tahun, Borno juga diusia sekitar itu. Saat Mama Mei membelah dada Bapak Borno, Borno berteriak menangis, sejatinya Mei sedih melihat ada anak yang Bapaknya "dibunuh" mamanya sendiri!

Kekurangan:
Oke, ini pendapatku. Aku kurang suka yang bebas endingnya, karena aku tidak tahu dan aku kurang suka menyimpulkan. Soalnya kalau aku berharap banyak, misalnya aku menyimpulkan Borno dan Mei menikah, takutnya sebenarnya bukan begitu kan, rasanya gimanaaaaaaaaa gitu. 

Kesimpulan:
Kalian WAJIB banget baca buku ini, karena ini salah satu cabang jenis cerita cinta yang menyenangkan dan berliku-liku, konflik banyak, tegang dapat, romantisnya tebal. WAJIB atau aku lempar kalian dengan buku Tere Liye sampai kalian memohon ampun, haha enggaklah canda.
Thank you!




Komentar